Generasi milenial atau masyarakat yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996, dikenal sebagai generasi yang hidup di tengah perkembangan teknologi dan informasi yang pesat. Latar belakang ini menyebabkan kecenderungan mereka untuk mencari informasi secara online daripada melalui media tradisional. Berdasarkan data Indonesia Millennial Report 2024 sebanyak 77% generasi milenial menggunakan media sosial selama 1-6 jam. Dengan tingginya intensitas penggunaan dan kemampuan menjangkau audiens dalam jumlah yang cepat, terdapat peluang besar untuk mengoptimalkan platform media sosial sebagai alat meningkatkan kesadaran, kepatuhan, dan pengetahuan mengenai perpajakan.

Kebutuhan Literasi Pajak bagi Generasi Milenial

Mengingat kembali negara sedang mempersiapkan Indonesia Emas 2045, peningkatan literasi perpajakan di kalangan generasi milenial menjadi salah satu faktor penting, karena tidak dapat dipungkiri, pajak merupakan sumber utama anggaran pembangunan nasional. Memahami kewajiban pajak adalah langkah pertama dalam mencapai kepatuhan pajak yang optimal. Namun, masih banyak generasi milenial yang belum sepenuhnya memahami bagaimana pajak bekerja, termasuk cara menghitung pajak penghasilan, cara mengajukan pajak, dan tenggat waktu yang harus dipenuhi.

Saat ini, pendidikan pajak tradisional menghadapi berbagai tantangan yang membuatnya kurang efektif, terutama bagi generasi milenial. Salah satu masalahnya adalah kurangnya efisiensi, materi pajak sering kali disajikan dengan cara yang sulit dipahami, menyebabkan banyak milenial yang merasa kewalahan. Selain itu, aksesibilitas informasi juga menjadi isu, sumber daya terhadap edukasi pajak sering kali terbatas, terutama bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang di bidang keuangan atau hukum. 

Strategies for Effective Tax Education on Social Media

Short-form video content menjadi faktor dominan dalam maraknya penggunaan media sosial, karena dapat memikat audiens dengan konsep video yang ringkas dan dinamis sehingga memberikan kesan yang mendalam. Tipe video dibawah satu menit mendapatkan popularitas yang signifikan dan mengatasi rendahnya rentang perhatian generasi milenial karena terbiasa dengan akses cepat terhadap informasi. Lebih lanjut, tren ini dipopulerkan oleh TikTok, Instagram Reels, dan Youtube Short, sehingga menawarkan solusi yang lebih hemat biaya dalam penyampaian informasi terhadap khalayak umum.

Creating An Engaging Tax Content for Social Media

  • Understanding the Audience and Leveraging Trends

Untuk menciptakan konten yang menarik, penting untuk memahami target audiens secara mendalam. Generasi milenial lebih suka konten yang ringkas dan visual, maka dalam pembuatan konten dapat menerapkan pengetahuan tersebut. Menggunakan musik yang sedang tren, mengikuti tantangan populer, dan mengajak kolaborasi dengan influencer juga dapat meningkatkan interaksi dengan audiens. Semakin banyak interaksi yang diterima, semakin besar kemungkinan konten tersebut akan ditampilkan lebih sering kepada audiens yang lebih luas dan viral.

Algoritma media sosial berperan penting dalam menentukan konten apa yang muncul di feed pengguna. Algoritma ini biasanya didasarkan pada berbagai faktor seperti interaksi (likes, comments, shares), durasi tontonan, dan seberapa sering konten tersebut dibagikan atau disukai oleh orang lain. Sehingga, penting untuk mengetahui tren yang sedang populer untuk memikat minat audiens.

  • Simplifying Complex Information

Pajak sering kali dianggap sebagai topik yang rumit dan membingungkan. Bagi banyak orang, terminologi dan konsep pajak umumnya terasa seperti bahasa asing. Oleh karena itu, penjelasan tentang pajak harus diterapkan dengan menggunakan perspektif masyarakat awam. Penjelasan dapat dibuat menggunakan bahasa sehari-hari yang jelas dan mudah dimengerti. 

  • Using Comedy to Make Tax Content Memorable

Menyajikan konten pajak dengan tema komedi dapat menjadi cara efektif untuk membuat informasi yang rumit lebih mudah dicerna dan diingat oleh penonton. Misalnya, Creator dapat membuat video pendek atau parodi mengenai aktivitas masyarakat umum yang berkaitan dengan perpajakan, tentunya dengan konsep yang dapat menarik perhatian dan membuat penonton tertawa, sambil tetap menyampaikan pesan edukatif. Selain itu, menggunakan karakter-karakter lucu, dapat membuat topik ini lebih relatable dan menyenangkan. Dengan cara ini, informasi yang disampaikan tidak hanya mudah dipahami tetapi juga melekat di ingatan audiens.

Studi Kasus Internal Revenue Service Amerika Serikat dan Direktorat Jenderal Pajak

Internal Revenue Service (IRS) adalah lembaga pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan pajak dan menerapkan hukum pajak. Pada laman instagram @irsnews terlihat konten yang unik dan berbeda dari akun lembaga lainnya. Pendekatan yang digunakan oleh IRS ini cukup menarik perhatian, apabila dilihat dari jumlah views yang ada, mereka berhasil membuat penonton tertarik melihat video mereka.

Inisiatif ini juga sudah mulai diterapkan di Indonesia melalui akun @pajakwates dari Direktorat Jenderal Pajak. Dengan menggabungkan konten formal dan informal, penonton dan pengikut akun tersebut sudah meningkat sedikit demi sedikit.

“Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia” 

Membangun Indonesia tidak dapat dilakukan oleh satu orang saja, tetapi membutuhkan kontribusi dari setiap lapisan masyarakat, terutama generasi milenial yang akan menjadi penerus bangsa. Dengan strategi yang tepat dan pemanfaatan teknologi yang optimal, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya melek pajak, tetapi juga aktif berkontribusi dalam pembangunan negara melalui kesadaran dan kepatuhan pajak. 

Referensi 

Heriyanto, Devina. (2024). Indonesia Millennial Report 2024.

Dodds, D. (2024, March 20). Council post: Short-form video content: Capturing attention in the digital age.  

#LombaArtikel #TaxOlympic2024